Rabu, 20 Februari 2013

global warming/pemanasan global


Global warming
 
Pemanasan global  adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosferlaut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1]melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C(2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
 
 
 
  1. Penyebab pemanasan global
Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,karbon dioksidasulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhandiatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]
]Variasi Matahari
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0d/Solar-cycle-data.png/280px-Solar-cycle-data.png
http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf9/skins/common/images/magnify-clip.png
Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika SerikatJerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]
 
 
 
 
 
 
 
Mengukur pemanasan global
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/88/Mauna_Loa_Carbon_Dioxide.png/280px-Mauna_Loa_Carbon_Dioxide.png
http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf9/skins/common/images/magnify-clip.png
Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa
Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[15]
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
Model iklim

http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf9/skins/common/images/magnify-clip.png
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model iklim global
Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat.[16] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim.[17] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[18][19][20]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini.[21] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung darivariasi Matahari.
[sunting]Dampak pemanasan global
Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantaipertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
[sunting]Iklim mulai tidak stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini)[22]Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
[sunting]Peningkatan permukaan laut

http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf9/skins/common/images/magnify-clip.png
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
[sunting]Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian SelatanKanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagianAfrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
[sunting]Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
[sunting]Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diaremalnutrisidefisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asmaalergicoccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
[sunting]Perdebatan tentang pemanasan global
Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagaiaerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.[22]
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.
[sunting]Pengendalian pemanasan global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
[sunting]Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegiadimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifersehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
[sunting]Persetujuan internasional
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Protokol Kyoto
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de JaneiroBrazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Jumat, 15 Februari 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BAYI BARU LAHIR DI KELURAHAN LEGOK KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2011




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana di maksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan (Depkes RI,2005). Keberhasilan Pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid (Depkes RI, 2006).
Apabila ditelaah lebih mendalam, pembangunan manusia seutuhnya dapat terwujud bila terjadi peningkatan kualitas manusia Indonesia yang dipersiapkan sejak dini, yaitu dari masa bayi dikandung, masa kelahirannya, masa bayi baru lahir, serta masa-masa selanjutnya. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi (Maryunnani, 2008: 11).
elah menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara terus menerus di berbagai negara setiap tahunnya sekitar 500.000 bayi meninggal karena Tetanus Neonatorum (Sodikin, 2009: 3)
Sisa tali pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lendir saat tali pusar terlepas. Ini normal-normal saja, namun jika ternyata masih keluar banyak darah atau muncul nanah, segera minta bantuan medis (Siti soleha, 2009: 3).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 angka kematian bayi yang disebabkan infeksi pada tali pusat di rumah sakit besar di Indonesia sebesar 29%. Data dari profil kesehatan Propinsi Jambi pada tahun 2009, jumlah lahir hidup sekitar 62.295, jumlah lahir mati 307 dan jumlah bayi mati 346. Sedangkan angka kematian bayi di Kota Jambi, jumlah lahir hidup 11.502, jumlah lahir mati 32, dan jumlah bayi mati 20. (Profil Kesehatan Kota Jambi, 2009: tabel 6). Masih tingginya angka kematian bayi di Kota Jambi (0 – 11 bulan) umumnya terjadi selama bayi tersebut menjalani masa perawatan bayi baru lahir.
Dari survey awal yang dilakukan Pada Tanggal 24 April 2011 di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura kota Jambi, didapatkan dari 10 ibu, 70% (7 orang) ibu tidak mengetahui perawatan tali pusat yang bersih dan steril, serta 30% (3 orang) ibu masih menggunakan cara tradisional seperti obat-obatan tradisional dalam merawat tali pusat bayinya. Hal ini juga dikarenakan  di Kelurahan Legok masih banyak ditemukan pertolongan persalinan yang dilakukan oeh dukun.
Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Putri Ayu jumlah persalinan yang masih menggunakan jasa dukun pada tahun 2010 dikelurahan legok sebanyak 25 orang. Dan pada tahun 2011 jumlah yang dilaporkan  sampai bulan April jumlah ibu yang melakukan pertolongan persalinan dengan dukun sebanyak 4 orang. Hal ini tentu dapat menambah angka kematian bayi karena kemungkinan terkena infeksi lebih besar.
Angka kematian bayi sebenarnya dapat ditangani lebih mudah, apabila langkah-langkah penanganan bayi baru lahir dilakukan dengan benar. Diharapkan bayi-bayi yang dilahirkan di Indonesia menjadi bayi yang sehat serta dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir (Maryunnani, 2008: 17).
Dengan pengetahuan yang praktis tentang perawatan tali pusat diharapkan orang tua atau profesional kesehatan (bidan atau perawat) yang terlibat dalam perawatan tali pusat dapat memahami prinsip perawatan tali pusat. Tenaga kesehatan dapat memberi pendidikan kesehatan tentang apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama merawat tali pusat (Sodikin, 2009: 31).

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah: “Belum diketahuinya gambaran sikap dan pengetahuan ibu tentang cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011.”


C.      Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Tahun 2011.
  1. Tujuan Khusus.
a.       Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
b.      Untuk mengetahui sikap ibu dalam melakukan perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

D.      Manfaat Penelitian
  1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011.
  1. Bagi PKM Putri Ayu dan  Kelurahan Legok
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penduduk dan ibu-ibu di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011 Dalam menambah  pengetahuan ibu-ibu tersebut tentang  perawatan tali pusat yang benar.


  1. Bagi Institusi Pendidikan STIKBA

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah perbedaharaan bacaan bahan bagi mahasiswa/mahasiswi DIII kebidanan serta program studi lain Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim untuk penelitian selanjutnya.
  1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama mata kuliah metodologi penelitian

E.       Ruang Lingkup Penelitian.
Penelitian ini bersifat deskriftif untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu tentang  perawatan tali pusat bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011. Dengan rancangan cross sectional. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dengan menggunakan pengisian angket/kuesioner. Pengambilan sampel dengan tehnik Purposive sampling dan menggunakan analisis univariat. Penelitian ini dilakukan terhadap ibu yang pernah melahirkan dan telah melakukan perawatan tali pusat pada bayinya.


BAB II


 
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Bayi Baru Lahir (Neonatus)
1.      Pengertian
Bayi baru lahir (Neonatus) ialah periode pada bulan pertama kehidupan  yang dimulai dari lahir sampai usia 1 bulan (0-28) hari. Selama periode  ini bayi banyak mengalami pertumbuhan dan perubahan yang menakjubkan. Yaitu perubahan fisiologis telah terjadi dengan tujuan untuk memfasilitasi penyesuaian  pada kehidupan diluar uterus (Maryunani, 2008:19-22).
Penyesuaian bari baru yang utama adalah sebagai berikut:
a.    Memulai dan memelihara pernafasan paru-paru.
b.    Memulai perubahan sirkulasi dengan tujuan tujuan  untuk memastikan oksigenasi yang kuat pada seluruh tubuh.
c.    Kemampuan untuk mengatur  temperatur  tubuh.
d.   Kemampuan untuk mencerna, mempertahankan dan mengabsorbsi zat makanan melalui  saluran pencernaan.
e.    Kemampuan untuk mengeliminasi semua sisa-sisa buangan tubuh.
f.     Kemampuan untuk mempertahankan semua fungsi pada sistem tubuh.
g.    Kemampuan untuk melindungi tubuh terhadap penyakit.






2.  Perawatan Neonatus
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir ialah membersihkan jalan nafas, mempertahankan suhu tubuh bayi, perawatan  tali pusat, perawatan mata,  identifikasi dan pencegahan infeksi merupakan tindakan rutin yang segera dilakukan , kecuali bayi dalam keadaan kritis dan dokter memberi instruksi khusus. Dasar perawatan bayi adalah bersih, tenang, teratur, dan teliti (Syafrudin, 2009 : 123).
a.       Memandikan Bayi
Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan kulit, merangsang peredaran darah, memberi perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa akan kebersihan (Syafrudin, 2009 :124).
b.      Memakaikan Baju
1)      Untuk bayi muda proses, proses memakaikan baju dimulai dengan pemakaian gurita, popok, lalu pakaian atas.
2)      Pilih baju yang mudah dipasangkan, seperti baju yang memiliki bukaan di bagian depan atau yang terbuat dari bahan meregang.
3)      Kenakan baju bayi dipermukaan yang rata, seperti kasur atau meja ganti. Alihkan perhatian bayi  dengan menggunakan mainan atau ajak ia bercakap-cakap supaya tidak banyak bergerak.
4)      Regangkan leher baju sebelum  memasukkan kepala bayi. Saat bayi menutupi matanya, ajak ia bermain untuk menghilangkan takutnya.
5)      Saat mengenakan bagian lengan baju, cobalah dengan memasukkan  tangan anda melalui lubang lengan, gapai tangan bayi dan tarik keluar melalui lubang lengan tersebut satu per satu.
6)      Saat memasang atau membuka risleting, tarik baju menjauh dari tubuh bayi agar kulitnya tidak terjepit (Danuatmaja, 2003: 20).
c.       Kosmetik  Bayi
Untuk membuat tubuh bayi hangat, segar dan harum, penggunaan minyak telon, krim, baby oil dan cologne diperkenankan. Tetapi penggunaan bedak tabur tadak dianjurkan lagi karena banyak efek negatif yang ditimbulkan seperti serbuk bedak dapat terhirup bayi mengganggu jalan pernafasannya, penggunaan bedak dilipatan tubuh bayi yang sering berkeringat akan menimbulkan lecet, selain itu hindari lubang kelamin bayi dari bedak karena gumpalan bedak bisa menyumbat penis.
d.      Membersihkan Mata, Hidung dan Telinga Bayi
Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi paling sensitif. Untuk telinga, basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan benda apapun kedalam lubang telinga bayi, jika kotoran bayi tampak menumpuk, sebaiknya dikonsultasikan pada dokter anak.
Bagian dalam hidung juga mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan cotton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari, pastikan jari anda benar-benar bersih. Jika lendirnya sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut.
Untuk mata, gunakan kapas dibasahi air hangat. Pilih kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran dimata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003: 22).
e.       Membersihkan Kelamin
1)      Membersihkan kelamin laki-laki
a)   Gunakan sabun dan air.
b)   Gunakan kapas basah untuk membersihkan penis dan lipatan-lipatannya.
c)   Jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam penis atau menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali jika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali anda bisa menarik dan membersihkan bagian bawahnya.
d)  Dengan kapas baru bersihkan anus dan bokong dari arah anus keluar.
e)   Keringkan dengan tissu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim.
2)      Membersihkan kelamin perempuan
a)   Gunakan sabun dan air.
b)   Gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin.
c)   Lakukan dari arah depan kebelakang, tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina.
d)  Dengan kapas baru bersihkan anus dan bokong dari arah anus keluar.
e)   Keringkan dengan tissu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim.

f.       Perawatan tali pusat
1.      Definisi.
Tali pusat atau funikulus umbilikalis adalah saluran kehidupan bagi janin yang merupakan sirkulasi darah bagi janin selama dalam kandungan saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksiten ke janin. Tetapi begitu bayi sudah lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Bentuknya seperti tali memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus janin dan mempunyai 40 puntiran spiral, dengan panjang 40 – 55 cm dan diameter 1 – 2,5 cm.
Tali pusat normalnya tersusun dari tiga bagian, yaitu 2 arteri umbilikus dan 1 vena umbilikus. Arteri dan vena umbilikus tersebut terlindungi dalam sumbu umbilikus. Sumbu tersebut di penuhi dengan bahan glatinosa yang disebut dengan Jeli Warton, yang berguna untuk mencegah kekusutan (Sodikin, 2009: 7-12)

2.      Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat
Pada manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif yang lain (Sodikin, 2009: 39).
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a)        Klem dan potong tali pusat setelah 2 menit bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.
b)        Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit tali pusat dengan klem kedua. Tali pusat pada bagian isinya telah dikosongkan berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
c)        Pegang tali pusat di antara 2 klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
d)       Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
e)        Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
f)         Kemudian letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk inisiasi menyusui dini dan melakukan kontak kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah lahir (JNPK-KR, 2008: 130).
3.      Cara Merawat Tali Pusat
Pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah besar, ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain di sekitarnya sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan upaya higienis yang maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan terkena infeksi (Al Yeyeh Rukiah, 2010 : 41).
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus (infeksi) pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga mengakibatkan infeksi. (Sodikin, 2009: 66).
Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum melakukan perawatan tali pusat (Sodikin, 2009: 57).
Dore (1998) membuktikan adanya perbedaan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol pembersih dan dibalut kasa steril. Ia menyimpulkan bahwa waktu puput tali pusat yang memakai alkohol lebih lama dibandingkan dengan perawatan yang menggunakan kasa steril. Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak melanjutkan penggunaan alkohol dalam merawat tali pusat bayi baru lahir (Sodikin, 2009: 57).
Salah satu cara yang disarankan WHO dalam merawat tali pusat adalah dengan menggunakan pembalut kasa bersih yang sering diganti. Berbagai penelitian tersebut memperlihatkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup, hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling efektif. Hal yang sangat penting adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena  dapat mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2009: 59-62).
Tali pusat harus diperhatikan ketika mengganti popok sampai tali pusat tersebut lepas. Dan luka pada daerah umbilikus sembuh. Tali pusat dirawat dan dijaga kebersihannya dengan menggunakan alkohol 70%. Paling sedikit dua kali sehari setiap empat jam dan lebih sering lagi jika tampak basah atau lengket. Teknik membersihkan tali pusat meliputi ujung tali pusat dijauhkan dari kulit dengan menggunakan satu tangan yang lain membersihkan dengan kapas yang sebelumnya sudah dicelupkan ke dalam alkohol atau zat warna (Sodikin, 2009: 67).
Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat bukan pada bagian atasnya. Dilakukan setiap hari sedikitnya 2 x sehari sampai tali pusat lepas. Untuk membersihkan pangkal tali pusat, angkat sedikit tali pusat (bukan menarik) tali pusat. Sisa alkohol, betadine, air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kasa steril atau kapas, kemudian angin-anginkan agar tali pusat cepat kering. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari (Sodikin, 2009: 67).
Keadaan tali pusat harus selalu dilihat untuk memastikan apakah ada perdarahan atau tanda-tanda infeksi: (kemerahan, adanya pus dan lain-lain). Tanda dan gejala adanya infeksi pada tali pusat adalah tali pusat basah atau lengketyang disertai bau tidak sedap. Penyebab infeksi ini adalah bakteri.
Bila infeksi tidak segera diobati akan terjadi penyebaran kedaerah sekitar tali pusat yang akan menyebabkan kemerahan dan bengkak pada daerah tali pusat, dan dapat menyebar kedalam tubuh disepanjang vena umblikus dan akan mengakibatkan trombosis vena porta, abses hepar, dan septikemia. Tandanya berupa bayi tampak sakit yang berat, tampak  pucat dan menderita demam yang tinggi. Dan bila infeksi tali bertambah berat dan semakin meluas, ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas, Beri kloksasilin per oral sesuai selama 5 hari selanjutnya lakukan perawatan umum perawatan tali pusat (IDAI 2003, :89).
Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan menggunakan apapun, karena akan menyebabkan tali pusat menjadi lembab. Selain rnemperlambat lepasnya tali pusat, penutupan tali pusat juga akan menyebabkan resiko infeksi. Bila terpaksa ditutup atau ikatlah dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan mempergunakan kasa steril, dan pastikan bagian pangkal tali pusat. Terkena udara dengan bebas. Penutupan ini hanya bertujuan untuk menghindari kotoran atau debu kontak langsung dengan tali pusat  (Sodikin, 2009: 70).
Bila bayi memakai popok sekali pakai, pilihlah popok khusus untuk bayi baru lahir (ada lekukan dibagian depan). Hindari pemakaian celana (jump suit) sebelum tali pusat lepas, sebaiknva kenakan popok atau baju atasan. Bila bayi menggunakan popok yang terbuat dari kain hangat masukkan baju atasannya ke dalam popok, ini semua dimaksudkan untuk membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas (Sodikin, 2009: 70-72).
Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya perlu dilap saja dengan menggunakan air hangat. Hal ini dilakukan agar tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan kering (Sodikin, 2009: 72).

4.      Nasihat untuk perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi (Budjang dalam Wiknjosastro, 2006 : 246). Tali pusat sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dari dalam rahim. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah menjadi hitam. Bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu. Untuk mempercepat penyernbuhan dan menghindari infeksi, jagalah agar tali pusat tetap kering dan terkena udara (Danuatmaja, 2003:23).
Dibawah ini ada beberapa tips dalam melakukan perawatan tali pusat diantaranya:
a)      Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apapun ke putung tali pusat.
b)      Mengoleskan alcohol atau providine iodine masih diperkenankan tapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.
c)      Beri nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi.
d)     Lipat popok di bawah putung tali pusat
e)      Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
f)       Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuanke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat menjadi merah, bernanah dan/atau berbau.
g)      Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi berdarah, merah mengelupas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008:130).

B.     PERSALINAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks yang berakhir  dengan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Asri Hidayat, 2010:1).
 Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri, 1983: 221).
 Dalam program KIA, dikenal beberapa  jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis-jenis tenaga tersebut:
1.     Tenaga profesional (Nakes):
Tenaga kesehatan ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta  memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dalam bidang kesehatan jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (http://tesisdisertasi. blogspot. com/2010). Seperti  Dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan.
2.     Dukun Bayi (Nonnakes)
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
a)      Terlatih, dukun bayi yang telah mendapatkan  latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b)      Tidak terlatih, dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus (Syafrudin, 2009: 162).
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Sterilisasi.
2.      Metode  pertolongan persalinan yang memenuhi persyaratan tekhnik medis.
3.      Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi(Syafrudin, 2009:162-163).
Menurut sinyalemen Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obsgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal (Suara Merdeka, 2003). 
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman. Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Medis dan Non-medis Dalam Menolong Persalinan.
Pertolongan persalinan oleh dukun bayi diharapkan bayi memenuhi standar minimal 3 Bersih, yang meliputi bersih tangan penolong, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat ibu berbaring serta lingkungannya. Dan luka tali pusat tidak boleh kotor, harus bersih dan tidak boleh dibubuhi ramuan, daun-daun atau abu dapur. Hanya boleh dibersihkan dengan air bersih, sabun atau dengan betadin lalu luka tali pusat ditutup kain kasa kering (Syafrudin,2009: 172-173).

C.    Pengetahuan
1.      Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007: 139).
Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a.    Awareness  (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.    Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c.    Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut dirinya.
d.   Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e.    Adoption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo, 2007: 140).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:
1)      Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan singkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, yang mana “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2)        Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengenterprestasi materi tersebut secara benar.
3)      Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
4)      Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)      Sintesis (Synthesis)
Sistesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6)      Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perilaku (Notoadmojo, 2007: 140-142).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003:142).

D.    Sikap
1.      Defenisi
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Sikap adalah tendensi psikologis yang di ekspresikan oleh evaluasi terhadap entitas tertentu dengan dengan derajat suka atau tidak suka (A. Wawan dan Dewi, 2010: 19-21).
Pengertian sikap berbeda-beda menurut para ahli, di bawah ini merupakan pengertian sikap menurut beberapa ahli.
Dalam A Wawan dan Dewi M,2010:
a.       Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue (petty, cocopio, 1986 dalam azwar S, 2000:6).
b.      Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997:130).
c.       Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwnto, 1998:62).
d.      Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual (A. Wawan dan Dewi, 2010: 19-21).
2.      Teori tentang sikap
a.       Teori rosenberg
Teori ini hanya memusatkan perhatian pada hubungan komponen kongnitif dan komponen efektif. Komponen kongnitif dalam sikap tidak hanya mencakup tentang pengetahuan yang berhubungan dengan objek sikap, melainkan juga mencakup kepercayaan. Komponen efektif berhubungan dengan bagaimana perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, dapat positif serta dapat juga negatif (A. Wawan dan Dewi 2010: 25-26).
b.      Teori festinger
Festinger dalam teorinya mengemukakan bahwa sikap individu itu biasanya konsisten atau dengan yang lain dan dalam tindakan juga konsisten satu dengan yang lain (A. Wawan dan Dewi 2010: 25-26).

3.      Konsep Sikap
Dengan demikian, dalam konsep sikap terdapat beberapa hal penting yaitu:
a.       Keterkaitan ide dengan emosi yang mengawali tindakan terdapat situasi sosial tertentu.
b.      Predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dengan sesuai atau tidak sesuai terhadap objek yang ditentukan.
c.       Kecendrungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi entitas tertentu dengan drajat suka atau tidak suka (A. Wawan dan Dewi 2010: 19-21).
4.      Fungsi Sikap
Menurut Katz sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:
a.       Fungsi intrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat adalah berkaitan dengan sarana-tujuan.
b.      Fungsi pertahanan ego merupakan sikap yang di ambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.
c.       Fungsi ekspresi nilai, sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya.
d.      Fungsi pengetahuan, individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemen elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten (A. Wawan dan Dewi 2010: 19-21).
5.       Tingkatan sikap
Sikap juga mempunyai tingkat. Berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
a.       Menerima  (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b.      Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.       Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d.      Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah di yakini. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada resiko lain (Notoatmodjo, 2010: 54)
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung. Dapat ditanyakan secara langsung bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tida langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, Kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,2003:144).





Bagan 2.1
Kerangka Teori Yang Mempengaruhi Perilaku


Faktor Predisposisi :
·   Pengetahuan
·   Sikap
·   Kepercayaan
·   Nilai

 
Green dalam Green and Marshall (2000: 153)
Keterangan: Hubungan antar penyebab dan urutan penyebab dari 3 faktor yang mempengaruhi prilaku. Garis lurus menunjukan pengaruh yang memberi kontribusi. Garis putus-putus menunjukan efek Kedua.Angka menunjukan urutan dimana aksi atau kegiatan atau pengaruh biasanya terjadi.


 
BAB III
KERANGKA KONSEP DEFENISI OPERASIONAL

A.    Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada teori  Green L.W dalam Green and Marshall (2000:153,154) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia terdiri dari faktor predisposis, faktor pendukung kesehatan), Faktor pendorong. Variabel dari penelitian ini ada dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel  independent, terikat dan tidak bisa berdiri sendiri, disebut juga dengan variabel akibat atau efek. Yang menjadi variabel dependen ialah perawatan tali pusat. Variable independent adalah Variabel yang mempengaruhi variable dependen, mandiri dan tidak terikat, Disebut juga variabel resiko atau sebab. Dan yang menjadi variabel independen ialah pengetahuan dan sikap.
Bagan 3.1
                 





                      
                                                                 
B.     Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah uraian tentang batasan masing-masing variabel, Atau tentang apa yang diukur oleh variabel tersebut yang dibuat menurut pemahaman peneliti (Notoatmodjo, 2007: 112) .
Tabel 3.1

Variabel

Definisi Operasional
Cara/alat/skala/hasil ukur

Pengetahuan
Segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai pengertian perawatan tali pusat, cara perawatan tali pusat, waktu perawatan tali pusat serta cara mendeteksi infeksi pada tali pusat.
Cara   :  Wawancara
Alat    :  Kuesioner
Skala  : Ordinal
Hasil  : 
1 = Baik, jika total skor jawaban mean
0 = Kurang baik, jika total jawaban < mean



Sikap
Tanggapan, penilaian/responden tentang bagaimana cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
Cara   : Wawancara
Alat    :Kuesioner
Skala  : Ordinal
Hasil  : 
1 = Positif,  jika nilai jawaban
median
0 = Negatif, jika nilai jawaban < median



Perawatan tali pusat BBL
Tindakan perawatan yang dilakukan mulai dari bayi lahir sampai tali pusat lepas, dengan melakukan perawatan yang bersih dan steril sehingga terhindar dari infeksi .










 
BAB IV
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat deskriptif atau gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini penulis bermaksud menggambarkan bagaimana gambaran sikap dan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi Tahun 2011.

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi yang diperkiraan pada tanggal 20 juni sampai 12 juli 2011.

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2007: 115). Maka Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang telah melahirkan dan yang memiliki bayi yang berumur 0-28(Hari). Di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi, Berdasarkan jumlah Neonatus dipuskesmas putri ayu pada bulan januari sampai april 2011, Jumlah populasi adalah  278 orang.


2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang  diteliti. (Notoatmodjo, 2007: 115).  Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi  yang berumur 0-28 hari(Neonatus).
Sampel dalam penelitian ini dapat diukur melalui rumus sebagai berikut
Keterangan   :  N   = Besar populasi
                        n    = Besar sampel minimum
                        d    = Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi (10% = 0,15)
P    = Harga proporsi di populasi
a    = Nilai distribusi normal baku (tabel z) pada a tertentu (0,05 = 1,96)
n = 32
Dari rumus diatas  maka didapatkan jumlah sampel sebesar 32.
Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel bertujuan). Dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau daerah. Maksudnya pengambilan sampel yang dilakukan sampai terpenuhi jumlah sampel yang ada dengan pertimbangan peneliti seperti waktu, dana atau tenaga
Kriteria Inklusi
a.       Ibu yang pernah melahirkan dan dalam satu rumah terdapat Bayi usia 0 – 28 hari.
b.      Responden yang berada di wilayah Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
c.       Responden bersedia memberi jawaban dan di wawancarai
Kriteria ekslusi
a.       Bayi meninggal sewaktu dilahirkan.
b.      Responden bukan asli domisili wilayah Legok.
D.    Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan pertanyaan terstruktur untuk mengambil data sikap dan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir. Tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir yang dilakukan ibu pada bayinya.

Sebelum dilakukan penelitian kuesioner dilakukan uji coba pada 10 responden untuk mengukur validitas dan reliabilitas.Dilakukan pada penelitian sebelumnya. Uji validitas adalah uji untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dengan mengukur suatu data. Uji coba reliabilitas adalah uji untuk melihat tingkat konsistensi dalam menghasilkan data. Uji validitas ini dilakukan sebelum melakukan penelitan dan diperoleh hasil r hitung lebih besar dari r tabel dan telah dinyatkan valid.

E.     Pengumpulan data
1.      Jenis Data
a.         Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui tekhnik wawancara, dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tentang pengetahuan, sikap ibu terhadap perawatan tali pusat bayi baru lahir.

2.      Tekhnik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian untuk mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir. Yang terdiri dari 15 pertanyaan pengetahuan dan 10 pertanyaan sikap.
Penelitian ini nantinya dibantu oleh asisten peneliti yaitu 1 orang mahasiswi dari S1 keperawatan dan saya sendiri selaku peneliti.
F.     Pengolahan Data
      Data terkumpul selanjutnya diolah melalui beberapa tahapan yaitu :
  1. Editing, yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang terkumpul dari setiap jawaban kuesioner dan apakah data yang telah terisi dengan lengkap, jelas dan konsisten.
  2. Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasi data dan memberikan kode untuk masing-masing jawaban kuesioner
a.       Pengetahuan
Memberikan kode pada setiap pertanyaan dilembar kuesioner pengetahuan dengan pertanyaan pertama diberi kode P1 dan selanjutnya hingga pertanyaan ke-15 (P15)
b.      Sikap
Memberikan kode pada setiap pertanyaan di lembar kuesioner sikap dengan pertanyaan pertama diberi kode S1 dan selanjutnya hingga pertanyaan ke-10 (S10).
  1. Scorning, Yaitu menetapkan skor untuk setiap variabel atau pertanyaan
a.       Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dalam hal ini dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan baik dan pengetahuan kurang baik. Untuk jawaban yang benar dari  setiap pertanyaan akan diberikan skor 1 dan jika salah akan diberikan skor  0. Untuk kategori pengetahuan yang baik jika nilai ≥ median. Dan untuk pengetahuan kurang baik jika nilai < median.
b.      Sikap
Sikap ibu tentang Perawatan tali pusat dalam hal ini dikategorikan menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Untuk jawaban menunjukan sikap positif dari setiap pertanyaan akan diberikan skor 1 dan jika jawaban menunjukan sikap negatif akan diberikan skor 0. Untuk kategori  sikap yang positif jaka nilai ≥ median dan untuk sikapnegatif jika nilai < median.
  1. Entry, yaitu setelah semua data terkumpul dan diberi kode maka data tersebut dimasukkan ke dalam komputer.
  2. Cleaning, yaitu kegiatan untuk memastikan bahwa semua data yang sudah di entry siap untuk dianalisis. Caranya dengan sistem  SPSS (Statistical program for social science).

G.    Rencana Analisis Data
      Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yaitu mengolah data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan serta untuk menguji secara statistik, yang dilakukan untuk melihat gambaran frekuensi dari setiap variabel yang diteliti, yaitu tingkat sikap dan pengetahuan ibu dalam bentuk penyajian distribusi frekuensi dan persentasi dalam tabel.