|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana di maksud dalam UUD 1945 melalui
Pembangunan Nasional yang berkesinambungan (Depkes RI,2005). Keberhasilan
Pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi
oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan
ahli serta disusun dalam satu program kesehatan
dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid (Depkes RI, 2006).
Apabila
ditelaah lebih mendalam, pembangunan manusia seutuhnya dapat terwujud bila
terjadi peningkatan kualitas manusia Indonesia yang dipersiapkan sejak dini,
yaitu dari masa bayi dikandung, masa kelahirannya, masa bayi baru lahir, serta
masa-masa selanjutnya. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih
dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi (Maryunnani, 2008: 11).
elah menjadi penyebab kesakitan dan
kematian secara terus menerus di berbagai negara setiap tahunnya sekitar
500.000 bayi meninggal karena Tetanus Neonatorum (Sodikin, 2009: 3)
Sisa tali
pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lendir saat tali pusar terlepas.
Ini normal-normal saja, namun jika ternyata masih keluar banyak darah atau
muncul nanah, segera minta bantuan medis (Siti soleha, 2009: 3).
Menurut
Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 angka kematian bayi yang
disebabkan infeksi pada tali pusat di rumah sakit besar di Indonesia sebesar
29%. Data dari profil kesehatan Propinsi Jambi pada tahun 2009, jumlah lahir hidup sekitar 62.295, jumlah lahir mati 307 dan jumlah bayi
mati 346. Sedangkan angka kematian bayi di Kota Jambi, jumlah lahir hidup
11.502, jumlah lahir mati 32, dan jumlah bayi mati 20. (Profil Kesehatan Kota
Jambi, 2009: tabel 6). Masih tingginya angka kematian bayi di Kota Jambi (0 –
11 bulan) umumnya terjadi selama bayi tersebut menjalani masa perawatan bayi
baru lahir.
Dari survey
awal yang dilakukan Pada Tanggal 24 April 2011 di Kelurahan Legok Kecamatan
Telanaipura kota Jambi, didapatkan dari 10 ibu, 70% (7 orang) ibu tidak
mengetahui perawatan tali pusat yang bersih dan steril, serta 30% (3 orang) ibu
masih menggunakan cara tradisional seperti obat-obatan tradisional dalam
merawat tali pusat bayinya. Hal ini juga dikarenakan di Kelurahan Legok masih banyak ditemukan
pertolongan persalinan yang dilakukan oeh dukun.
Dari data
yang diperoleh dari Puskesmas Putri Ayu jumlah persalinan yang masih
menggunakan jasa dukun pada tahun 2010 dikelurahan legok sebanyak 25 orang. Dan
pada tahun 2011 jumlah yang dilaporkan
sampai bulan April jumlah ibu yang melakukan pertolongan persalinan
dengan dukun sebanyak 4 orang. Hal ini tentu dapat menambah angka kematian bayi
karena kemungkinan terkena infeksi lebih besar.
Angka
kematian bayi sebenarnya dapat ditangani lebih mudah, apabila langkah-langkah
penanganan bayi baru lahir dilakukan dengan benar. Diharapkan bayi-bayi yang
dilahirkan di Indonesia menjadi bayi yang sehat serta dapat menurunkan angka
kematian bayi baru lahir (Maryunnani, 2008: 17).
Dengan
pengetahuan yang praktis tentang perawatan tali pusat diharapkan orang tua atau
profesional kesehatan (bidan atau perawat) yang terlibat dalam perawatan tali
pusat dapat memahami prinsip perawatan tali pusat. Tenaga kesehatan dapat
memberi pendidikan kesehatan tentang apa yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan selama merawat tali pusat (Sodikin, 2009: 31).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah: “Belum diketahuinya gambaran
sikap dan pengetahuan ibu tentang cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir
di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011.”
C. Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
Untuk
mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Tahun 2011.
- Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang
perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
b. Untuk mengetahui sikap ibu dalam melakukan
perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
D. Manfaat Penelitian
- Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Sebagai
bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan sikap ibu tentang cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di
Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011.
- Bagi PKM Putri Ayu dan Kelurahan Legok
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penduduk dan ibu-ibu di Kelurahan
Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011 Dalam menambah pengetahuan ibu-ibu tersebut tentang perawatan tali pusat yang benar.
- Bagi Institusi Pendidikan STIKBA
Hasil
penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah perbedaharaan bacaan
bahan bagi mahasiswa/mahasiswi DIII kebidanan serta program studi lain Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim untuk penelitian selanjutnya.
- Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama mata kuliah
metodologi penelitian
E. Ruang Lingkup Penelitian.
Penelitian
ini bersifat deskriftif untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir di
Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011. Dengan rancangan cross
sectional. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dengan
menggunakan pengisian angket/kuesioner. Pengambilan sampel dengan tehnik Purposive
sampling dan menggunakan analisis univariat. Penelitian ini dilakukan
terhadap ibu yang pernah melahirkan dan telah melakukan perawatan tali pusat
pada bayinya.
BAB II
|
A. Bayi Baru Lahir (Neonatus)
1.
Pengertian
Bayi baru
lahir (Neonatus) ialah periode pada bulan pertama kehidupan yang dimulai dari lahir sampai usia 1 bulan
(0-28) hari. Selama periode ini bayi
banyak mengalami pertumbuhan dan perubahan yang menakjubkan. Yaitu perubahan fisiologis
telah terjadi dengan tujuan untuk memfasilitasi penyesuaian pada kehidupan diluar uterus (Maryunani,
2008:19-22).
Penyesuaian
bari baru yang utama adalah sebagai berikut:
a.
Memulai
dan memelihara pernafasan paru-paru.
b.
Memulai
perubahan sirkulasi dengan tujuan tujuan
untuk memastikan oksigenasi yang kuat pada seluruh tubuh.
c.
Kemampuan
untuk mengatur temperatur tubuh.
d.
Kemampuan
untuk mencerna, mempertahankan dan mengabsorbsi zat makanan melalui saluran pencernaan.
e.
Kemampuan
untuk mengeliminasi semua sisa-sisa buangan tubuh.
f.
Kemampuan
untuk mempertahankan semua fungsi pada sistem tubuh.
g.
Kemampuan
untuk melindungi tubuh terhadap penyakit.
2. Perawatan
Neonatus
Tujuan
utama perawatan bayi baru lahir ialah membersihkan jalan nafas, mempertahankan
suhu tubuh bayi, perawatan tali pusat,
perawatan mata, identifikasi dan
pencegahan infeksi merupakan tindakan rutin yang segera dilakukan , kecuali
bayi dalam keadaan kritis dan dokter memberi instruksi khusus. Dasar perawatan
bayi adalah bersih, tenang, teratur, dan teliti (Syafrudin, 2009 : 123).
a.
Memandikan
Bayi
Tujuan
memandikan bayi adalah membersihkan kulit, merangsang peredaran darah, memberi
perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa akan kebersihan
(Syafrudin, 2009 :124).
b.
Memakaikan
Baju
1)
Untuk
bayi muda proses, proses memakaikan baju dimulai dengan pemakaian gurita,
popok, lalu pakaian atas.
2)
Pilih
baju yang mudah dipasangkan, seperti baju yang memiliki bukaan di bagian depan
atau yang terbuat dari bahan meregang.
3)
Kenakan
baju bayi dipermukaan yang rata, seperti kasur atau meja ganti. Alihkan
perhatian bayi dengan menggunakan mainan
atau ajak ia bercakap-cakap supaya tidak banyak bergerak.
4)
Regangkan
leher baju sebelum memasukkan kepala
bayi. Saat bayi menutupi matanya, ajak ia bermain untuk menghilangkan takutnya.
5)
Saat
mengenakan bagian lengan baju, cobalah dengan memasukkan tangan anda melalui lubang lengan, gapai
tangan bayi dan tarik keluar melalui lubang lengan tersebut satu per satu.
6)
Saat
memasang atau membuka risleting, tarik baju menjauh dari tubuh bayi agar
kulitnya tidak terjepit (Danuatmaja, 2003: 20).
c.
Kosmetik Bayi
Untuk
membuat tubuh bayi hangat, segar dan harum, penggunaan minyak telon, krim, baby
oil dan cologne diperkenankan. Tetapi penggunaan bedak tabur tadak dianjurkan
lagi karena banyak efek negatif yang ditimbulkan seperti serbuk bedak dapat
terhirup bayi mengganggu jalan pernafasannya, penggunaan bedak dilipatan tubuh
bayi yang sering berkeringat akan menimbulkan lecet, selain itu hindari lubang kelamin
bayi dari bedak karena gumpalan bedak bisa menyumbat penis.
d.
Membersihkan
Mata, Hidung dan Telinga Bayi
Mata,
hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi paling sensitif. Untuk telinga,
basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan benda apapun
kedalam lubang telinga bayi, jika kotoran bayi tampak menumpuk, sebaiknya
dikonsultasikan pada dokter anak.
Bagian
dalam hidung juga mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan
atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan cotton bud
atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari, pastikan jari anda
benar-benar bersih. Jika lendirnya sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar
dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk
mengeluarkan cairan tersebut.
Untuk
mata, gunakan kapas dibasahi air hangat. Pilih kapas paling lembut. Jangan
memaksa mengeluarkan kotoran dimata jika sulit. Jika sudah dibersihkan,
pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003: 22).
e.
Membersihkan
Kelamin
1)
Membersihkan
kelamin laki-laki
a)
Gunakan
sabun dan air.
b)
Gunakan
kapas basah untuk membersihkan penis dan lipatan-lipatannya.
c)
Jangan
memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam penis atau
menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali jika kulit luar sudah
terpisah dari glan, sesekali anda bisa menarik dan membersihkan bagian
bawahnya.
d)
Dengan
kapas baru bersihkan anus dan bokong dari arah anus keluar.
e)
Keringkan
dengan tissu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena
udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim.
2)
Membersihkan
kelamin perempuan
a)
Gunakan
sabun dan air.
b)
Gunakan
gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin.
c)
Lakukan
dari arah depan kebelakang, tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina.
d)
Dengan
kapas baru bersihkan anus dan bokong dari arah anus keluar.
e)
Keringkan
dengan tissu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena
udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim.
f.
Perawatan
tali pusat
1. Definisi.
Tali pusat
atau funikulus umbilikalis adalah saluran kehidupan bagi janin yang
merupakan sirkulasi darah bagi janin selama dalam kandungan saluran inilah yang
selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksiten ke janin. Tetapi begitu
bayi sudah lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong
dan diikat atau dijepit. Bentuknya seperti tali memanjang dari tengah plasenta
sampai ke umbilicus janin dan mempunyai 40 puntiran spiral, dengan panjang 40 –
55 cm dan diameter 1 – 2,5 cm.
Tali pusat
normalnya tersusun dari tiga bagian, yaitu 2 arteri umbilikus dan 1 vena
umbilikus. Arteri dan vena umbilikus tersebut terlindungi dalam sumbu
umbilikus. Sumbu tersebut di penuhi dengan bahan glatinosa yang disebut dengan
Jeli Warton, yang berguna untuk mencegah kekusutan (Sodikin, 2009: 7-12)
2. Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat
Pada
manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong
setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif
yang lain (Sodikin, 2009: 39).
Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a)
Klem
dan potong tali pusat setelah 2 menit bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu
penyuntikan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.
b)
Tali
pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari kemudian dorong
isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Kemudian jepit tali pusat dengan klem kedua. Tali pusat
pada bagian isinya telah dikosongkan berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
c)
Pegang
tali pusat di antara 2 klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat
sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
d)
Ikat
tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
e)
Lepaskan
klem logam penjepit tali pusat dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
f)
Kemudian
letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk inisiasi menyusui dini
dan melakukan kontak kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah
lahir (JNPK-KR, 2008: 130).
3. Cara Merawat Tali Pusat
Pada bayi
baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah besar, ini disebabkan karena
bayi belum memiliki kemampuan yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain
di sekitarnya sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi
peningkatan upaya higienis yang maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan
terkena infeksi (Al Yeyeh Rukiah, 2010 : 41).
Tujuan
perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus
(infeksi) pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora
kuman tetanus ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat, baik dari alat steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga mengakibatkan infeksi. (Sodikin, 2009: 66).
Upaya untuk
mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang
penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan
kering, dan selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun
sebelum melakukan perawatan tali pusat (Sodikin, 2009: 57).
Dore (1998)
membuktikan adanya perbedaan antara perawatan tali pusat yang menggunakan
alkohol pembersih dan dibalut kasa steril. Ia menyimpulkan bahwa waktu puput
tali pusat yang memakai alkohol lebih lama dibandingkan dengan perawatan yang
menggunakan kasa steril. Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak
melanjutkan penggunaan alkohol dalam merawat tali pusat bayi baru lahir (Sodikin,
2009: 57).
Salah satu
cara yang disarankan WHO dalam merawat tali pusat adalah dengan menggunakan
pembalut kasa bersih yang sering diganti. Berbagai penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup,
hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling
efektif. Hal yang sangat penting adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar
daerah tali pusat karena dapat
mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2009: 59-62).
Tali pusat
harus diperhatikan ketika mengganti popok sampai tali pusat tersebut lepas. Dan
luka pada daerah umbilikus sembuh. Tali pusat dirawat dan dijaga kebersihannya
dengan menggunakan alkohol 70%. Paling sedikit dua kali sehari setiap empat jam
dan lebih sering lagi jika tampak basah atau lengket. Teknik membersihkan tali
pusat meliputi ujung tali pusat dijauhkan dari kulit dengan menggunakan satu
tangan yang lain membersihkan dengan kapas yang sebelumnya sudah dicelupkan ke
dalam alkohol atau zat warna (Sodikin, 2009: 67).
Bagian yang
harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat bukan pada bagian atasnya.
Dilakukan setiap hari sedikitnya 2 x sehari sampai tali pusat lepas. Untuk
membersihkan pangkal tali pusat, angkat sedikit tali pusat (bukan menarik) tali
pusat. Sisa alkohol, betadine, air yang menempel pada tali pusat dapat
dikeringkan dengan menggunakan kain kasa steril atau kapas, kemudian
angin-anginkan agar tali pusat cepat kering. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya
dua kali dalam sehari (Sodikin, 2009: 67).
Keadaan
tali pusat harus selalu dilihat untuk memastikan apakah ada perdarahan atau
tanda-tanda infeksi: (kemerahan, adanya pus dan lain-lain). Tanda dan gejala
adanya infeksi pada tali pusat adalah tali pusat basah atau lengketyang
disertai bau tidak sedap. Penyebab infeksi ini adalah bakteri.
Bila
infeksi tidak segera diobati akan terjadi penyebaran kedaerah sekitar tali
pusat yang akan menyebabkan kemerahan dan bengkak pada daerah tali pusat, dan
dapat menyebar kedalam tubuh disepanjang vena umblikus dan akan mengakibatkan
trombosis vena porta, abses hepar, dan septikemia. Tandanya berupa bayi tampak
sakit yang berat, tampak pucat dan
menderita demam yang tinggi. Dan bila infeksi tali bertambah berat dan semakin
meluas, ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur
dan sensitivitas, Beri kloksasilin per oral sesuai selama 5 hari selanjutnya
lakukan perawatan umum perawatan tali pusat (IDAI 2003, :89).
Tali pusat
tidak boleh ditutup rapat dengan menggunakan apapun, karena akan menyebabkan
tali pusat menjadi lembab. Selain rnemperlambat lepasnya tali pusat, penutupan
tali pusat juga akan menyebabkan resiko infeksi. Bila terpaksa ditutup atau
ikatlah dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan mempergunakan kasa steril,
dan pastikan bagian pangkal tali pusat. Terkena udara dengan bebas. Penutupan
ini hanya bertujuan untuk menghindari kotoran atau debu kontak langsung dengan
tali pusat (Sodikin, 2009: 70).
Bila bayi
memakai popok sekali pakai, pilihlah popok khusus untuk bayi baru lahir (ada
lekukan dibagian depan). Hindari pemakaian celana (jump suit) sebelum tali
pusat lepas, sebaiknva kenakan popok atau baju atasan. Bila bayi menggunakan
popok yang terbuat dari kain hangat masukkan baju atasannya ke dalam popok, ini
semua dimaksudkan untuk membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering
dan lepas (Sodikin, 2009: 70-72).
Selama tali
pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya perlu dilap saja dengan menggunakan air hangat. Hal ini
dilakukan agar tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan kering (Sodikin,
2009: 72).
4. Nasihat untuk perawatan tali pusat
Perawatan
tali pusat adalah melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu
dengan bayi (Budjang dalam Wiknjosastro, 2006 : 246). Tali pusat
sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dari dalam rahim. Menjelang kesembuhannya,
tali pusat akan berubah menjadi hitam. Bagian ini akan lepas dengan sendirinya
antara satu sampai empat minggu. Untuk mempercepat penyernbuhan dan menghindari
infeksi, jagalah agar tali pusat tetap kering dan terkena udara (Danuatmaja,
2003:23).
Dibawah ini
ada beberapa tips dalam melakukan perawatan tali pusat diantaranya:
a) Jangan membungkus puntung tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apapun ke putung tali pusat.
b) Mengoleskan alcohol atau providine iodine
masih diperkenankan tapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat
basah/lembab.
c) Beri nasihat pada ibu dan keluarga sebelum
meninggalkan bayi.
d) Lipat popok di bawah putung tali pusat
e) Jika putung tali pusat kotor, bersihkan
(hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
f) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari
bantuanke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat menjadi merah, bernanah
dan/atau berbau.
g) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi)
menjadi berdarah, merah mengelupas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau,
segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir
(JNPK-KR, 2008:130).
B. PERSALINAN
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks yang berakhir dengan proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Asri Hidayat, 2010:1).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri,
1983: 221).
Dalam program KIA, dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan
persalinan kepada masyarakat. Jenis-jenis tenaga tersebut:
1.
Tenaga
profesional (Nakes):
Tenaga
kesehatan ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan dalam bidang kesehatan jenis tertentu yang
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (http://tesisdisertasi. blogspot. com/2010). Seperti Dokter spesialis kebidanan,
dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan.
2. Dukun Bayi (Nonnakes)
Dukun bayi
adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
a) Terlatih, dukun bayi yang telah
mendapatkan latihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
b) Tidak terlatih, dukun bayi yang belum
pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus (Syafrudin, 2009: 162).
Pada
prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Sterilisasi.
2. Metode
pertolongan persalinan yang memenuhi persyaratan tekhnik medis.
3. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat
pelayanan yang lebih tinggi(Syafrudin, 2009:162-163).
Menurut sinyalemen
Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga
bidan apalagi dokter obsgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun
beranak atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi.
Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang
diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih
memilih untuk menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan berbeda dengan
definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak
terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan
praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup
lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu
dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun
beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta
rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan
dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal (Suara
Merdeka, 2003).
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering
menimbulkan kasus persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi
badannya masih belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara
memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada
pengalaman. Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Medis dan Non-medis
Dalam Menolong Persalinan.
Pertolongan persalinan oleh dukun bayi diharapkan bayi
memenuhi standar minimal 3 Bersih, yang meliputi bersih tangan penolong, bersih
alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat ibu berbaring serta
lingkungannya. Dan luka tali pusat tidak boleh kotor, harus bersih dan tidak
boleh dibubuhi ramuan, daun-daun atau abu dapur. Hanya boleh dibersihkan dengan
air bersih, sabun atau dengan betadin lalu luka tali pusat ditutup kain kasa
kering (Syafrudin,2009: 172-173).
C. Pengetahuan
1. Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoadmojo, 2007: 139).
Penelitian
Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berprilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni:
a.
Awareness
(kesadaran) dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.
Interest
(merasa tertarik) terhadap
stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c.
Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut dirinya.
d.
Trial,
orang telah mulai mencoba perilaku
baru.
e.
Adoption,
subjek telah berprilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoadmojo, 2007: 140).
Pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:
1)
Tahu
(Know)
Tahu
diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan singkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, yang mana “tahu” merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2)
Memahami
(comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat mengenterprestasi materi tersebut secara benar.
3)
Aplikasi
(Application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
4)
Analisis
(Analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5)
Sintesis
(Synthesis)
Sistesis
menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6)
Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perilaku
(Notoadmojo, 2007: 140-142).
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2003:142).
D. Sikap
1.
Defenisi
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam
psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Sikap adalah tendensi
psikologis yang di ekspresikan oleh evaluasi terhadap entitas tertentu dengan
dengan derajat suka atau tidak suka (A. Wawan dan Dewi, 2010: 19-21).
Pengertian
sikap berbeda-beda menurut para ahli, di bawah ini merupakan pengertian sikap
menurut beberapa ahli.
Dalam A Wawan dan Dewi M,2010:
a.
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue (petty, cocopio, 1986 dalam azwar
S, 2000:6).
b.
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo,
1997:130).
c.
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwnto, 1998:62).
d.
Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap
adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni
dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual (A. Wawan dan Dewi, 2010: 19-21).
2.
Teori tentang
sikap
a.
Teori rosenberg
Teori ini hanya memusatkan perhatian pada hubungan komponen
kongnitif dan komponen efektif. Komponen kongnitif dalam sikap tidak hanya
mencakup tentang pengetahuan yang berhubungan dengan objek sikap, melainkan
juga mencakup kepercayaan. Komponen efektif berhubungan dengan bagaimana
perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, dapat positif
serta dapat juga negatif (A. Wawan
dan Dewi 2010: 25-26).
b.
Teori festinger
Festinger
dalam teorinya mengemukakan bahwa sikap individu itu biasanya konsisten atau
dengan yang lain dan dalam tindakan juga konsisten satu dengan yang lain (A. Wawan dan Dewi 2010: 25-26).
3.
Konsep Sikap
Dengan demikian,
dalam konsep sikap terdapat beberapa hal penting
yaitu:
a.
Keterkaitan ide dengan emosi yang
mengawali tindakan terdapat situasi sosial tertentu.
b.
Predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten dengan sesuai atau tidak sesuai terhadap objek yang
ditentukan.
c.
Kecendrungan psikologis yang
diekspresikan dengan mengevaluasi entitas tertentu dengan drajat suka atau
tidak suka (A. Wawan dan Dewi
2010: 19-21).
4.
Fungsi Sikap
Menurut Katz sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:
a.
Fungsi intrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat adalah
berkaitan dengan sarana-tujuan.
b.
Fungsi pertahanan ego merupakan sikap
yang di ambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap
ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan
dirinya atau egonya.
c.
Fungsi ekspresi nilai, sikap yang ada
pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai
yang ada dalam dirinya.
d.
Fungsi pengetahuan, individu mempunyai
dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman pengalamannya, untuk
memperoleh pengetahuan. Elemen elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten
dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah
sedemikian rupa hingga menjadi konsisten (A. Wawan dan Dewi 2010: 19-21).
5. Tingkatan sikap
Sikap juga
mempunyai tingkat. Berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
a.
Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b.
Menanggapi
(responding)
Menanggapi
disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
objek yang dihadapi.
c.
Menghargai (valuing)
Menghargai
diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap
stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau
mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d.
Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang
paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah di
yakini. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,
dia harus berani mengambil resiko bila ada resiko lain (Notoatmodjo, 2010: 54)
Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung. Dapat ditanyakan secara langsung bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tida langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, Kemudian ditanyakan
pendapat responden (Notoatmodjo,2003:144).
Bagan 2.1
Kerangka Teori Yang Mempengaruhi Perilaku
|
Green dalam Green and Marshall (2000: 153)
Keterangan: Hubungan antar penyebab dan urutan penyebab dari 3 faktor yang
mempengaruhi prilaku. Garis lurus menunjukan pengaruh yang memberi kontribusi.
Garis putus-putus menunjukan efek Kedua.Angka menunjukan urutan dimana aksi
atau kegiatan atau pengaruh biasanya terjadi.
|
KERANGKA KONSEP DEFENISI
OPERASIONAL
A.
Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya
adalah kerangka hubungan antara konsep-konep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan kerangka konsep pada penelitian ini
mengacu pada teori Green L.W dalam Green and Marshall
(2000:153,154) bahwa
faktor yang mempengaruhi perilaku manusia terdiri dari faktor predisposis,
faktor pendukung kesehatan),
Faktor
pendorong. Variabel dari
penelitian ini ada dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel independent, terikat dan tidak bisa berdiri sendiri, disebut juga dengan variabel akibat atau efek.
Yang menjadi variabel dependen ialah perawatan tali pusat.
Variable independent adalah Variabel yang mempengaruhi variable dependen,
mandiri dan tidak terikat,
Disebut juga variabel resiko atau sebab. Dan yang menjadi variabel independen
ialah pengetahuan dan sikap.
Bagan 3.1
B. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah
uraian tentang batasan masing-masing variabel, Atau tentang apa yang diukur
oleh variabel tersebut yang
dibuat menurut pemahaman peneliti (Notoatmodjo, 2007: 112) .
Tabel 3.1
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Cara/alat/skala/hasil
ukur
|
Pengetahuan
|
Segala sesuatu yang
diketahui oleh responden mengenai pengertian perawatan tali pusat, cara
perawatan tali pusat, waktu perawatan tali pusat serta cara mendeteksi
infeksi pada tali pusat.
|
Cara : Wawancara
Alat :
Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil :
1 = Baik, jika total skor jawaban ≥ mean
0 = Kurang baik, jika total jawaban < mean
|
Sikap
|
Tanggapan,
penilaian/responden tentang bagaimana cara perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir
|
Cara : Wawancara
Alat :Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil :
1 = Positif, jika nilai jawaban
≥ median
0 = Negatif, jika nilai
jawaban < median
|
Perawatan tali pusat BBL
|
Tindakan perawatan yang dilakukan mulai dari bayi lahir sampai tali pusat
lepas, dengan melakukan perawatan yang bersih dan steril sehingga terhindar
dari infeksi .
|
|
METODE PENELITIAN
A. Desain
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
deskriptif atau gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini penulis bermaksud
menggambarkan bagaimana gambaran
sikap dan pengetahuan ibu tentang
perawatan tali pusat di Kelurahan
Legok Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi Tahun 2011.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Legok
Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi yang diperkiraan pada tanggal 20 juni sampai 12 juli 2011.
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian
atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2007: 115). Maka Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu-ibu yang telah melahirkan dan yang memiliki bayi yang
berumur 0-28(Hari). Di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi, Berdasarkan jumlah Neonatus dipuskesmas
putri ayu pada bulan januari sampai april 2011, Jumlah populasi adalah 278
orang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. (Notoatmodjo, 2007: 115). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
yang mempunyai bayi yang berumur 0-28
hari(Neonatus).
Sampel dalam penelitian ini dapat diukur melalui
rumus sebagai berikut
Keterangan : N = Besar
populasi
n = Besar sampel minimum
d = Kesalahan (absolut) yang dapat
ditoleransi (10% = 0,15)
P = Harga proporsi di populasi
a = Nilai
distribusi normal baku (tabel z) pada a tertentu (0,05 = 1,96)
n = 32
Dari rumus
diatas maka didapatkan jumlah sampel
sebesar 32.
Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel
bertujuan). Dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata,
random atau daerah. Maksudnya pengambilan sampel yang dilakukan sampai
terpenuhi jumlah sampel yang ada dengan pertimbangan peneliti seperti waktu,
dana atau tenaga
Kriteria Inklusi
a.
Ibu
yang pernah melahirkan dan dalam satu rumah terdapat Bayi usia 0 – 28 hari.
b.
Responden
yang berada di wilayah Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
c.
Responden
bersedia memberi jawaban dan di wawancarai
Kriteria ekslusi
a.
Bayi
meninggal sewaktu dilahirkan.
b.
Responden
bukan asli domisili wilayah Legok.
D.
Instrumen penelitian
Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan pertanyaan
terstruktur untuk mengambil data sikap
dan pengetahuan ibu tentang perawatan
tali pusat bayi baru lahir. Tujuan kuesioner ini adalah untuk
mendapatkan informasi tentang perawatan
tali pusat bayi baru lahir yang dilakukan ibu pada bayinya.
Sebelum dilakukan penelitian kuesioner dilakukan
uji coba pada 10 responden untuk mengukur validitas dan reliabilitas.Dilakukan
pada penelitian sebelumnya. Uji validitas adalah uji untuk melihat sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dengan mengukur suatu data. Uji coba
reliabilitas adalah uji untuk melihat tingkat konsistensi dalam menghasilkan
data. Uji validitas ini dilakukan sebelum melakukan penelitan dan diperoleh
hasil r hitung lebih besar dari r tabel dan telah dinyatkan valid.
E.
Pengumpulan data
1.
Jenis
Data
a.
Data
Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari responden melalui tekhnik wawancara, dengan menggunakan kuesioner untuk
mengetahui tentang pengetahuan, sikap ibu terhadap perawatan tali pusat bayi
baru lahir.
2.
Tekhnik
Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan
cara wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian
untuk mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan ibu tentang perawatan tali
pusat bayi baru lahir. Yang terdiri dari 15 pertanyaan pengetahuan dan 10
pertanyaan sikap.
Penelitian ini nantinya dibantu oleh asisten
peneliti yaitu 1 orang mahasiswi dari S1 keperawatan dan saya sendiri selaku
peneliti.
F. Pengolahan Data
Data
terkumpul selanjutnya diolah melalui beberapa tahapan yaitu :
- Editing, yaitu meneliti kembali
kelengkapan data yang terkumpul dari setiap jawaban kuesioner dan apakah
data yang telah terisi dengan lengkap, jelas dan konsisten.
- Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasi
data dan memberikan kode untuk masing-masing jawaban kuesioner
a. Pengetahuan
Memberikan kode pada setiap pertanyaan dilembar kuesioner pengetahuan
dengan pertanyaan pertama diberi kode P1 dan selanjutnya hingga pertanyaan
ke-15 (P15)
b. Sikap
Memberikan kode pada setiap pertanyaan di lembar kuesioner sikap dengan
pertanyaan pertama diberi kode S1 dan selanjutnya hingga pertanyaan ke-10
(S10).
- Scorning, Yaitu menetapkan skor untuk setiap variabel
atau pertanyaan
a. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dalam hal ini dikategorikan
menjadi dua yaitu pengetahuan baik dan pengetahuan kurang baik. Untuk jawaban
yang benar dari setiap pertanyaan akan
diberikan skor 1 dan jika salah akan diberikan skor 0. Untuk kategori pengetahuan yang baik jika
nilai ≥ median. Dan untuk pengetahuan kurang baik jika nilai < median.
b. Sikap
Sikap ibu tentang Perawatan tali pusat dalam hal ini dikategorikan menjadi
dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Untuk jawaban menunjukan sikap
positif dari setiap pertanyaan akan diberikan skor 1 dan jika jawaban
menunjukan sikap negatif akan diberikan skor 0. Untuk kategori sikap yang positif jaka nilai ≥ median dan
untuk sikapnegatif jika nilai < median.
- Entry, yaitu setelah semua data terkumpul dan
diberi kode maka data tersebut dimasukkan ke dalam komputer.
- Cleaning, yaitu kegiatan untuk memastikan bahwa semua data yang sudah di entry siap untuk
dianalisis. Caranya
dengan sistem SPSS (Statistical
program for social science).
G.
Rencana Analisis Data
Analisis
data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis univariat yaitu mengolah data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterprestasikan serta untuk menguji secara statistik, yang dilakukan untuk melihat
gambaran frekuensi dari setiap variabel yang diteliti, yaitu tingkat sikap dan pengetahuan ibu dalam
bentuk penyajian distribusi frekuensi dan persentasi dalam tabel.
Selamat malam boleh saya minta lampiran kuesuiner
BalasHapus