Jumat, 15 Februari 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BAYI BARU LAHIR DI KELURAHAN LEGOK KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2011




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana di maksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan (Depkes RI,2005). Keberhasilan Pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid (Depkes RI, 2006).
Apabila ditelaah lebih mendalam, pembangunan manusia seutuhnya dapat terwujud bila terjadi peningkatan kualitas manusia Indonesia yang dipersiapkan sejak dini, yaitu dari masa bayi dikandung, masa kelahirannya, masa bayi baru lahir, serta masa-masa selanjutnya. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi (Maryunnani, 2008: 11).
elah menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara terus menerus di berbagai negara setiap tahunnya sekitar 500.000 bayi meninggal karena Tetanus Neonatorum (Sodikin, 2009: 3)
Sisa tali pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lendir saat tali pusar terlepas. Ini normal-normal saja, namun jika ternyata masih keluar banyak darah atau muncul nanah, segera minta bantuan medis (Siti soleha, 2009: 3).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 angka kematian bayi yang disebabkan infeksi pada tali pusat di rumah sakit besar di Indonesia sebesar 29%. Data dari profil kesehatan Propinsi Jambi pada tahun 2009, jumlah lahir hidup sekitar 62.295, jumlah lahir mati 307 dan jumlah bayi mati 346. Sedangkan angka kematian bayi di Kota Jambi, jumlah lahir hidup 11.502, jumlah lahir mati 32, dan jumlah bayi mati 20. (Profil Kesehatan Kota Jambi, 2009: tabel 6). Masih tingginya angka kematian bayi di Kota Jambi (0 – 11 bulan) umumnya terjadi selama bayi tersebut menjalani masa perawatan bayi baru lahir.
Dari survey awal yang dilakukan Pada Tanggal 24 April 2011 di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura kota Jambi, didapatkan dari 10 ibu, 70% (7 orang) ibu tidak mengetahui perawatan tali pusat yang bersih dan steril, serta 30% (3 orang) ibu masih menggunakan cara tradisional seperti obat-obatan tradisional dalam merawat tali pusat bayinya. Hal ini juga dikarenakan  di Kelurahan Legok masih banyak ditemukan pertolongan persalinan yang dilakukan oeh dukun.
Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Putri Ayu jumlah persalinan yang masih menggunakan jasa dukun pada tahun 2010 dikelurahan legok sebanyak 25 orang. Dan pada tahun 2011 jumlah yang dilaporkan  sampai bulan April jumlah ibu yang melakukan pertolongan persalinan dengan dukun sebanyak 4 orang. Hal ini tentu dapat menambah angka kematian bayi karena kemungkinan terkena infeksi lebih besar.
Angka kematian bayi sebenarnya dapat ditangani lebih mudah, apabila langkah-langkah penanganan bayi baru lahir dilakukan dengan benar. Diharapkan bayi-bayi yang dilahirkan di Indonesia menjadi bayi yang sehat serta dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir (Maryunnani, 2008: 17).
Dengan pengetahuan yang praktis tentang perawatan tali pusat diharapkan orang tua atau profesional kesehatan (bidan atau perawat) yang terlibat dalam perawatan tali pusat dapat memahami prinsip perawatan tali pusat. Tenaga kesehatan dapat memberi pendidikan kesehatan tentang apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama merawat tali pusat (Sodikin, 2009: 31).

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah: “Belum diketahuinya gambaran sikap dan pengetahuan ibu tentang cara merawat tali pusat pada bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011.”


C.      Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Tahun 2011.
  1. Tujuan Khusus.
a.       Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
b.      Untuk mengetahui sikap ibu dalam melakukan perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

D.      Manfaat Penelitian
  1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011.
  1. Bagi PKM Putri Ayu dan  Kelurahan Legok
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penduduk dan ibu-ibu di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011 Dalam menambah  pengetahuan ibu-ibu tersebut tentang  perawatan tali pusat yang benar.


  1. Bagi Institusi Pendidikan STIKBA

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah perbedaharaan bacaan bahan bagi mahasiswa/mahasiswi DIII kebidanan serta program studi lain Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim untuk penelitian selanjutnya.
  1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama mata kuliah metodologi penelitian

E.       Ruang Lingkup Penelitian.
Penelitian ini bersifat deskriftif untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu tentang  perawatan tali pusat bayi baru lahir di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011. Dengan rancangan cross sectional. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dengan menggunakan pengisian angket/kuesioner. Pengambilan sampel dengan tehnik Purposive sampling dan menggunakan analisis univariat. Penelitian ini dilakukan terhadap ibu yang pernah melahirkan dan telah melakukan perawatan tali pusat pada bayinya.


BAB II


 
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Bayi Baru Lahir (Neonatus)
1.      Pengertian
Bayi baru lahir (Neonatus) ialah periode pada bulan pertama kehidupan  yang dimulai dari lahir sampai usia 1 bulan (0-28) hari. Selama periode  ini bayi banyak mengalami pertumbuhan dan perubahan yang menakjubkan. Yaitu perubahan fisiologis telah terjadi dengan tujuan untuk memfasilitasi penyesuaian  pada kehidupan diluar uterus (Maryunani, 2008:19-22).
Penyesuaian bari baru yang utama adalah sebagai berikut:
a.    Memulai dan memelihara pernafasan paru-paru.
b.    Memulai perubahan sirkulasi dengan tujuan tujuan  untuk memastikan oksigenasi yang kuat pada seluruh tubuh.
c.    Kemampuan untuk mengatur  temperatur  tubuh.
d.   Kemampuan untuk mencerna, mempertahankan dan mengabsorbsi zat makanan melalui  saluran pencernaan.
e.    Kemampuan untuk mengeliminasi semua sisa-sisa buangan tubuh.
f.     Kemampuan untuk mempertahankan semua fungsi pada sistem tubuh.
g.    Kemampuan untuk melindungi tubuh terhadap penyakit.






2.  Perawatan Neonatus
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir ialah membersihkan jalan nafas, mempertahankan suhu tubuh bayi, perawatan  tali pusat, perawatan mata,  identifikasi dan pencegahan infeksi merupakan tindakan rutin yang segera dilakukan , kecuali bayi dalam keadaan kritis dan dokter memberi instruksi khusus. Dasar perawatan bayi adalah bersih, tenang, teratur, dan teliti (Syafrudin, 2009 : 123).
a.       Memandikan Bayi
Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan kulit, merangsang peredaran darah, memberi perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa akan kebersihan (Syafrudin, 2009 :124).
b.      Memakaikan Baju
1)      Untuk bayi muda proses, proses memakaikan baju dimulai dengan pemakaian gurita, popok, lalu pakaian atas.
2)      Pilih baju yang mudah dipasangkan, seperti baju yang memiliki bukaan di bagian depan atau yang terbuat dari bahan meregang.
3)      Kenakan baju bayi dipermukaan yang rata, seperti kasur atau meja ganti. Alihkan perhatian bayi  dengan menggunakan mainan atau ajak ia bercakap-cakap supaya tidak banyak bergerak.
4)      Regangkan leher baju sebelum  memasukkan kepala bayi. Saat bayi menutupi matanya, ajak ia bermain untuk menghilangkan takutnya.
5)      Saat mengenakan bagian lengan baju, cobalah dengan memasukkan  tangan anda melalui lubang lengan, gapai tangan bayi dan tarik keluar melalui lubang lengan tersebut satu per satu.
6)      Saat memasang atau membuka risleting, tarik baju menjauh dari tubuh bayi agar kulitnya tidak terjepit (Danuatmaja, 2003: 20).
c.       Kosmetik  Bayi
Untuk membuat tubuh bayi hangat, segar dan harum, penggunaan minyak telon, krim, baby oil dan cologne diperkenankan. Tetapi penggunaan bedak tabur tadak dianjurkan lagi karena banyak efek negatif yang ditimbulkan seperti serbuk bedak dapat terhirup bayi mengganggu jalan pernafasannya, penggunaan bedak dilipatan tubuh bayi yang sering berkeringat akan menimbulkan lecet, selain itu hindari lubang kelamin bayi dari bedak karena gumpalan bedak bisa menyumbat penis.
d.      Membersihkan Mata, Hidung dan Telinga Bayi
Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi paling sensitif. Untuk telinga, basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas. Jangan memasukkan benda apapun kedalam lubang telinga bayi, jika kotoran bayi tampak menumpuk, sebaiknya dikonsultasikan pada dokter anak.
Bagian dalam hidung juga mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan cotton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari, pastikan jari anda benar-benar bersih. Jika lendirnya sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut.
Untuk mata, gunakan kapas dibasahi air hangat. Pilih kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran dimata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003: 22).
e.       Membersihkan Kelamin
1)      Membersihkan kelamin laki-laki
a)   Gunakan sabun dan air.
b)   Gunakan kapas basah untuk membersihkan penis dan lipatan-lipatannya.
c)   Jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam penis atau menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali jika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali anda bisa menarik dan membersihkan bagian bawahnya.
d)  Dengan kapas baru bersihkan anus dan bokong dari arah anus keluar.
e)   Keringkan dengan tissu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim.
2)      Membersihkan kelamin perempuan
a)   Gunakan sabun dan air.
b)   Gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin.
c)   Lakukan dari arah depan kebelakang, tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina.
d)  Dengan kapas baru bersihkan anus dan bokong dari arah anus keluar.
e)   Keringkan dengan tissu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim.

f.       Perawatan tali pusat
1.      Definisi.
Tali pusat atau funikulus umbilikalis adalah saluran kehidupan bagi janin yang merupakan sirkulasi darah bagi janin selama dalam kandungan saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksiten ke janin. Tetapi begitu bayi sudah lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Bentuknya seperti tali memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus janin dan mempunyai 40 puntiran spiral, dengan panjang 40 – 55 cm dan diameter 1 – 2,5 cm.
Tali pusat normalnya tersusun dari tiga bagian, yaitu 2 arteri umbilikus dan 1 vena umbilikus. Arteri dan vena umbilikus tersebut terlindungi dalam sumbu umbilikus. Sumbu tersebut di penuhi dengan bahan glatinosa yang disebut dengan Jeli Warton, yang berguna untuk mencegah kekusutan (Sodikin, 2009: 7-12)

2.      Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat
Pada manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif yang lain (Sodikin, 2009: 39).
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a)        Klem dan potong tali pusat setelah 2 menit bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.
b)        Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit tali pusat dengan klem kedua. Tali pusat pada bagian isinya telah dikosongkan berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
c)        Pegang tali pusat di antara 2 klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
d)       Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
e)        Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
f)         Kemudian letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk inisiasi menyusui dini dan melakukan kontak kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah lahir (JNPK-KR, 2008: 130).
3.      Cara Merawat Tali Pusat
Pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah besar, ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain di sekitarnya sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan upaya higienis yang maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan terkena infeksi (Al Yeyeh Rukiah, 2010 : 41).
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus (infeksi) pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga mengakibatkan infeksi. (Sodikin, 2009: 66).
Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum melakukan perawatan tali pusat (Sodikin, 2009: 57).
Dore (1998) membuktikan adanya perbedaan antara perawatan tali pusat yang menggunakan alkohol pembersih dan dibalut kasa steril. Ia menyimpulkan bahwa waktu puput tali pusat yang memakai alkohol lebih lama dibandingkan dengan perawatan yang menggunakan kasa steril. Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak melanjutkan penggunaan alkohol dalam merawat tali pusat bayi baru lahir (Sodikin, 2009: 57).
Salah satu cara yang disarankan WHO dalam merawat tali pusat adalah dengan menggunakan pembalut kasa bersih yang sering diganti. Berbagai penelitian tersebut memperlihatkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup, hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling efektif. Hal yang sangat penting adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena  dapat mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2009: 59-62).
Tali pusat harus diperhatikan ketika mengganti popok sampai tali pusat tersebut lepas. Dan luka pada daerah umbilikus sembuh. Tali pusat dirawat dan dijaga kebersihannya dengan menggunakan alkohol 70%. Paling sedikit dua kali sehari setiap empat jam dan lebih sering lagi jika tampak basah atau lengket. Teknik membersihkan tali pusat meliputi ujung tali pusat dijauhkan dari kulit dengan menggunakan satu tangan yang lain membersihkan dengan kapas yang sebelumnya sudah dicelupkan ke dalam alkohol atau zat warna (Sodikin, 2009: 67).
Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat bukan pada bagian atasnya. Dilakukan setiap hari sedikitnya 2 x sehari sampai tali pusat lepas. Untuk membersihkan pangkal tali pusat, angkat sedikit tali pusat (bukan menarik) tali pusat. Sisa alkohol, betadine, air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kasa steril atau kapas, kemudian angin-anginkan agar tali pusat cepat kering. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari (Sodikin, 2009: 67).
Keadaan tali pusat harus selalu dilihat untuk memastikan apakah ada perdarahan atau tanda-tanda infeksi: (kemerahan, adanya pus dan lain-lain). Tanda dan gejala adanya infeksi pada tali pusat adalah tali pusat basah atau lengketyang disertai bau tidak sedap. Penyebab infeksi ini adalah bakteri.
Bila infeksi tidak segera diobati akan terjadi penyebaran kedaerah sekitar tali pusat yang akan menyebabkan kemerahan dan bengkak pada daerah tali pusat, dan dapat menyebar kedalam tubuh disepanjang vena umblikus dan akan mengakibatkan trombosis vena porta, abses hepar, dan septikemia. Tandanya berupa bayi tampak sakit yang berat, tampak  pucat dan menderita demam yang tinggi. Dan bila infeksi tali bertambah berat dan semakin meluas, ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas, Beri kloksasilin per oral sesuai selama 5 hari selanjutnya lakukan perawatan umum perawatan tali pusat (IDAI 2003, :89).
Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan menggunakan apapun, karena akan menyebabkan tali pusat menjadi lembab. Selain rnemperlambat lepasnya tali pusat, penutupan tali pusat juga akan menyebabkan resiko infeksi. Bila terpaksa ditutup atau ikatlah dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan mempergunakan kasa steril, dan pastikan bagian pangkal tali pusat. Terkena udara dengan bebas. Penutupan ini hanya bertujuan untuk menghindari kotoran atau debu kontak langsung dengan tali pusat  (Sodikin, 2009: 70).
Bila bayi memakai popok sekali pakai, pilihlah popok khusus untuk bayi baru lahir (ada lekukan dibagian depan). Hindari pemakaian celana (jump suit) sebelum tali pusat lepas, sebaiknva kenakan popok atau baju atasan. Bila bayi menggunakan popok yang terbuat dari kain hangat masukkan baju atasannya ke dalam popok, ini semua dimaksudkan untuk membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas (Sodikin, 2009: 70-72).
Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya perlu dilap saja dengan menggunakan air hangat. Hal ini dilakukan agar tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan kering (Sodikin, 2009: 72).

4.      Nasihat untuk perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi (Budjang dalam Wiknjosastro, 2006 : 246). Tali pusat sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dari dalam rahim. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah menjadi hitam. Bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu. Untuk mempercepat penyernbuhan dan menghindari infeksi, jagalah agar tali pusat tetap kering dan terkena udara (Danuatmaja, 2003:23).
Dibawah ini ada beberapa tips dalam melakukan perawatan tali pusat diantaranya:
a)      Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apapun ke putung tali pusat.
b)      Mengoleskan alcohol atau providine iodine masih diperkenankan tapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.
c)      Beri nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi.
d)     Lipat popok di bawah putung tali pusat
e)      Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
f)       Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuanke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat menjadi merah, bernanah dan/atau berbau.
g)      Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi berdarah, merah mengelupas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008:130).

B.     PERSALINAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks yang berakhir  dengan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Asri Hidayat, 2010:1).
 Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri, 1983: 221).
 Dalam program KIA, dikenal beberapa  jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis-jenis tenaga tersebut:
1.     Tenaga profesional (Nakes):
Tenaga kesehatan ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta  memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dalam bidang kesehatan jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (http://tesisdisertasi. blogspot. com/2010). Seperti  Dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan.
2.     Dukun Bayi (Nonnakes)
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
a)      Terlatih, dukun bayi yang telah mendapatkan  latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b)      Tidak terlatih, dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus (Syafrudin, 2009: 162).
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Sterilisasi.
2.      Metode  pertolongan persalinan yang memenuhi persyaratan tekhnik medis.
3.      Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi(Syafrudin, 2009:162-163).
Menurut sinyalemen Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obsgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal (Suara Merdeka, 2003). 
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman. Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Medis dan Non-medis Dalam Menolong Persalinan.
Pertolongan persalinan oleh dukun bayi diharapkan bayi memenuhi standar minimal 3 Bersih, yang meliputi bersih tangan penolong, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat ibu berbaring serta lingkungannya. Dan luka tali pusat tidak boleh kotor, harus bersih dan tidak boleh dibubuhi ramuan, daun-daun atau abu dapur. Hanya boleh dibersihkan dengan air bersih, sabun atau dengan betadin lalu luka tali pusat ditutup kain kasa kering (Syafrudin,2009: 172-173).

C.    Pengetahuan
1.      Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007: 139).
Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a.    Awareness  (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.    Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c.    Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut dirinya.
d.   Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e.    Adoption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo, 2007: 140).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:
1)      Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan singkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, yang mana “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2)        Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengenterprestasi materi tersebut secara benar.
3)      Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
4)      Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)      Sintesis (Synthesis)
Sistesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6)      Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perilaku (Notoadmojo, 2007: 140-142).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003:142).

D.    Sikap
1.      Defenisi
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Sikap adalah tendensi psikologis yang di ekspresikan oleh evaluasi terhadap entitas tertentu dengan dengan derajat suka atau tidak suka (A. Wawan dan Dewi, 2010: 19-21).
Pengertian sikap berbeda-beda menurut para ahli, di bawah ini merupakan pengertian sikap menurut beberapa ahli.
Dalam A Wawan dan Dewi M,2010:
a.       Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue (petty, cocopio, 1986 dalam azwar S, 2000:6).
b.      Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997:130).
c.       Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwnto, 1998:62).
d.      Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual (A. Wawan dan Dewi, 2010: 19-21).
2.      Teori tentang sikap
a.       Teori rosenberg
Teori ini hanya memusatkan perhatian pada hubungan komponen kongnitif dan komponen efektif. Komponen kongnitif dalam sikap tidak hanya mencakup tentang pengetahuan yang berhubungan dengan objek sikap, melainkan juga mencakup kepercayaan. Komponen efektif berhubungan dengan bagaimana perasaan yang timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, dapat positif serta dapat juga negatif (A. Wawan dan Dewi 2010: 25-26).
b.      Teori festinger
Festinger dalam teorinya mengemukakan bahwa sikap individu itu biasanya konsisten atau dengan yang lain dan dalam tindakan juga konsisten satu dengan yang lain (A. Wawan dan Dewi 2010: 25-26).

3.      Konsep Sikap
Dengan demikian, dalam konsep sikap terdapat beberapa hal penting yaitu:
a.       Keterkaitan ide dengan emosi yang mengawali tindakan terdapat situasi sosial tertentu.
b.      Predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dengan sesuai atau tidak sesuai terhadap objek yang ditentukan.
c.       Kecendrungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi entitas tertentu dengan drajat suka atau tidak suka (A. Wawan dan Dewi 2010: 19-21).
4.      Fungsi Sikap
Menurut Katz sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:
a.       Fungsi intrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat adalah berkaitan dengan sarana-tujuan.
b.      Fungsi pertahanan ego merupakan sikap yang di ambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.
c.       Fungsi ekspresi nilai, sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya.
d.      Fungsi pengetahuan, individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemen elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten (A. Wawan dan Dewi 2010: 19-21).
5.       Tingkatan sikap
Sikap juga mempunyai tingkat. Berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
a.       Menerima  (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b.      Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.       Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d.      Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah di yakini. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada resiko lain (Notoatmodjo, 2010: 54)
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung. Dapat ditanyakan secara langsung bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tida langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, Kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,2003:144).





Bagan 2.1
Kerangka Teori Yang Mempengaruhi Perilaku


Faktor Predisposisi :
·   Pengetahuan
·   Sikap
·   Kepercayaan
·   Nilai

 
Green dalam Green and Marshall (2000: 153)
Keterangan: Hubungan antar penyebab dan urutan penyebab dari 3 faktor yang mempengaruhi prilaku. Garis lurus menunjukan pengaruh yang memberi kontribusi. Garis putus-putus menunjukan efek Kedua.Angka menunjukan urutan dimana aksi atau kegiatan atau pengaruh biasanya terjadi.


 
BAB III
KERANGKA KONSEP DEFENISI OPERASIONAL

A.    Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada teori  Green L.W dalam Green and Marshall (2000:153,154) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia terdiri dari faktor predisposis, faktor pendukung kesehatan), Faktor pendorong. Variabel dari penelitian ini ada dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel  independent, terikat dan tidak bisa berdiri sendiri, disebut juga dengan variabel akibat atau efek. Yang menjadi variabel dependen ialah perawatan tali pusat. Variable independent adalah Variabel yang mempengaruhi variable dependen, mandiri dan tidak terikat, Disebut juga variabel resiko atau sebab. Dan yang menjadi variabel independen ialah pengetahuan dan sikap.
Bagan 3.1
                 





                      
                                                                 
B.     Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah uraian tentang batasan masing-masing variabel, Atau tentang apa yang diukur oleh variabel tersebut yang dibuat menurut pemahaman peneliti (Notoatmodjo, 2007: 112) .
Tabel 3.1

Variabel

Definisi Operasional
Cara/alat/skala/hasil ukur

Pengetahuan
Segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai pengertian perawatan tali pusat, cara perawatan tali pusat, waktu perawatan tali pusat serta cara mendeteksi infeksi pada tali pusat.
Cara   :  Wawancara
Alat    :  Kuesioner
Skala  : Ordinal
Hasil  : 
1 = Baik, jika total skor jawaban mean
0 = Kurang baik, jika total jawaban < mean



Sikap
Tanggapan, penilaian/responden tentang bagaimana cara perawatan tali pusat pada bayi baru lahir
Cara   : Wawancara
Alat    :Kuesioner
Skala  : Ordinal
Hasil  : 
1 = Positif,  jika nilai jawaban
median
0 = Negatif, jika nilai jawaban < median



Perawatan tali pusat BBL
Tindakan perawatan yang dilakukan mulai dari bayi lahir sampai tali pusat lepas, dengan melakukan perawatan yang bersih dan steril sehingga terhindar dari infeksi .










 
BAB IV
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat deskriptif atau gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini penulis bermaksud menggambarkan bagaimana gambaran sikap dan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat di Kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi Tahun 2011.

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi yang diperkiraan pada tanggal 20 juni sampai 12 juli 2011.

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2007: 115). Maka Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang telah melahirkan dan yang memiliki bayi yang berumur 0-28(Hari). Di Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi, Berdasarkan jumlah Neonatus dipuskesmas putri ayu pada bulan januari sampai april 2011, Jumlah populasi adalah  278 orang.


2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang  diteliti. (Notoatmodjo, 2007: 115).  Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi  yang berumur 0-28 hari(Neonatus).
Sampel dalam penelitian ini dapat diukur melalui rumus sebagai berikut
Keterangan   :  N   = Besar populasi
                        n    = Besar sampel minimum
                        d    = Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi (10% = 0,15)
P    = Harga proporsi di populasi
a    = Nilai distribusi normal baku (tabel z) pada a tertentu (0,05 = 1,96)
n = 32
Dari rumus diatas  maka didapatkan jumlah sampel sebesar 32.
Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel bertujuan). Dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau daerah. Maksudnya pengambilan sampel yang dilakukan sampai terpenuhi jumlah sampel yang ada dengan pertimbangan peneliti seperti waktu, dana atau tenaga
Kriteria Inklusi
a.       Ibu yang pernah melahirkan dan dalam satu rumah terdapat Bayi usia 0 – 28 hari.
b.      Responden yang berada di wilayah Legok Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
c.       Responden bersedia memberi jawaban dan di wawancarai
Kriteria ekslusi
a.       Bayi meninggal sewaktu dilahirkan.
b.      Responden bukan asli domisili wilayah Legok.
D.    Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan pertanyaan terstruktur untuk mengambil data sikap dan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir. Tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir yang dilakukan ibu pada bayinya.

Sebelum dilakukan penelitian kuesioner dilakukan uji coba pada 10 responden untuk mengukur validitas dan reliabilitas.Dilakukan pada penelitian sebelumnya. Uji validitas adalah uji untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dengan mengukur suatu data. Uji coba reliabilitas adalah uji untuk melihat tingkat konsistensi dalam menghasilkan data. Uji validitas ini dilakukan sebelum melakukan penelitan dan diperoleh hasil r hitung lebih besar dari r tabel dan telah dinyatkan valid.

E.     Pengumpulan data
1.      Jenis Data
a.         Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui tekhnik wawancara, dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tentang pengetahuan, sikap ibu terhadap perawatan tali pusat bayi baru lahir.

2.      Tekhnik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian untuk mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir. Yang terdiri dari 15 pertanyaan pengetahuan dan 10 pertanyaan sikap.
Penelitian ini nantinya dibantu oleh asisten peneliti yaitu 1 orang mahasiswi dari S1 keperawatan dan saya sendiri selaku peneliti.
F.     Pengolahan Data
      Data terkumpul selanjutnya diolah melalui beberapa tahapan yaitu :
  1. Editing, yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang terkumpul dari setiap jawaban kuesioner dan apakah data yang telah terisi dengan lengkap, jelas dan konsisten.
  2. Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasi data dan memberikan kode untuk masing-masing jawaban kuesioner
a.       Pengetahuan
Memberikan kode pada setiap pertanyaan dilembar kuesioner pengetahuan dengan pertanyaan pertama diberi kode P1 dan selanjutnya hingga pertanyaan ke-15 (P15)
b.      Sikap
Memberikan kode pada setiap pertanyaan di lembar kuesioner sikap dengan pertanyaan pertama diberi kode S1 dan selanjutnya hingga pertanyaan ke-10 (S10).
  1. Scorning, Yaitu menetapkan skor untuk setiap variabel atau pertanyaan
a.       Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dalam hal ini dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan baik dan pengetahuan kurang baik. Untuk jawaban yang benar dari  setiap pertanyaan akan diberikan skor 1 dan jika salah akan diberikan skor  0. Untuk kategori pengetahuan yang baik jika nilai ≥ median. Dan untuk pengetahuan kurang baik jika nilai < median.
b.      Sikap
Sikap ibu tentang Perawatan tali pusat dalam hal ini dikategorikan menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Untuk jawaban menunjukan sikap positif dari setiap pertanyaan akan diberikan skor 1 dan jika jawaban menunjukan sikap negatif akan diberikan skor 0. Untuk kategori  sikap yang positif jaka nilai ≥ median dan untuk sikapnegatif jika nilai < median.
  1. Entry, yaitu setelah semua data terkumpul dan diberi kode maka data tersebut dimasukkan ke dalam komputer.
  2. Cleaning, yaitu kegiatan untuk memastikan bahwa semua data yang sudah di entry siap untuk dianalisis. Caranya dengan sistem  SPSS (Statistical program for social science).

G.    Rencana Analisis Data
      Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yaitu mengolah data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan serta untuk menguji secara statistik, yang dilakukan untuk melihat gambaran frekuensi dari setiap variabel yang diteliti, yaitu tingkat sikap dan pengetahuan ibu dalam bentuk penyajian distribusi frekuensi dan persentasi dalam tabel.





1 komentar: